ANALISIS BANJIR DI RANCAEKEK KAB. BANDUNG



Dosen pengampu: Akhmad Zakaria, STP., M.Si 
oleh: AHMAD KURNIAWAN (CIBI70647)

Administrasi Negara Fisip Universitas Al-Ghifari2020


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banjir adalah salah satu bencana yang cukup populer di Indonesia pada musim hujan karena beberapa wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir. Dibanding dengan bencana lain, bencana banjir menempati urutan pertama bencana yang paling sering menimpa beberapa wilayah di Indonesia. Menurut Agung Laksono (2019) selama tahun 2019 terdapat kasus banjir, kemudian puting beliung kasus dan longsor kasus. Peristiwa banjir setiap tahun berulang, namun permasalahan tersebut sampai saat ini belum terselesaikan. Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada umumnya selalu dikaitkan dengan adanya aktifitas alih fungsi lahan yang marak terjadi di daerah hulu sungai. Namun, aktifitas manusia di daerah hulu sungai tidak begitu saja dapat mengganggu sistem aliran air. Banyak faktor lain yang bisa menyebabkan banjir di dataran rendah. Kecuali bila dilakukan penebangan dan alih fungsi lahan besar-besaran yang akan mengakibatkan tingginya tingkat erosi. Hal tersebut akan mengakibatkan banyaknya jumlah sedimen yang terkikis oleh hempasan air yang besar lalu terbawa oleh aliran air sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai di daerah hilir. Dengan terjadinya pengendapan di daerah hilir maka sungai tidak mampu menampung air yang besar dan bisa menyebabkan luapan air ketika hujan turun. Bencana banjir sering terjadi setiap musim hujan tiba di beberapa titik di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Kota Bandung dan Kabupaten Bandung termasuk di dalam Cekungan Bandung. Cekungan Bandung dulunya merupakan danau purba yang mengering setelah terjadi letusan Gunung Tangkuban Parahu. Cekungan Bandung meliputi wilayah Kota Bandung, Kabupaten Bandung, serta Kabupaten Sumedang. Karena Kabupaten Bandung merupakan bagian dari Cekungan Bandung maka daerah dataran rendah di wilayah tersebut rawan akan bencana banjir akibat akumulasi air dari dataran tinggi di sekelilingnya.
Bencana banjir tersebut sering terjadi di wilayah di Kabupaten Bandung dengan jumlah penduduk jiwa pada akhir 2018 (Kabupaten Bandung Dalam angka, 2019). Salah satu wilayah di Kabupaten Bandung yang sering terjadi bencana banjir saat musim penghujan yaitu di Kecamatan Rancaekek. Banjir yang terjadi di Kecamatan Rancaekek adalah limpasan air di badan jalan, masyarakat setempat menyebut banjir ini dengan istilah banjir cileuncang. Menurut Bachtiar (2009), banjir cileuncang seharusnya tidak terjadi di Bandung. Bila melihat sifat alami air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air yang jatuh dipermukaan jalan akan segera mengalir ke pinggir jalan lalu masuk ke saluran drainase yang ada disepanjang pinggir jalan tersebut. Namun pada kenyataannya, setiap kali turun hujan dengan intensitas cukup tinggi, sering terjadi banjir cileuncang dibeberapa ruas jalan di Kabupaten Bandung. Tentunya banjir cileuncang ini menimbulkan berbagai masalah, diantaranya kemacetan lalu lintas, kerugian ekonomi, masalah kesehatan dan sebagainya. Pada saat terjadi banjir cileuncang laju kendaraan akan terhambat, terhambatnya arus lalu lintas tentunya akan menyebabkan terganggunya berbagai aktifitas masyarakat. Selain itu genangan air juga menimbulkan bau tidak sedap akibat air yang tercampur dengan sampah. Geografi sebagai ilmu yang menelaah relasi keruangan gejala juga membahas transportasi sebagai salah satu objek studinya. Dalam penelitian ini transportasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi mobilitas harian penduduk. Menurut Salim (1993 hlm 5) : Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia, binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun tidak bermesin.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pemicu terjadinya banjir cileuncang di Kecamatan Rancaekek yang disebabkan oleh beberapa faktor yang akan berdampak pada kerugian sosial ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di Kecamatan Rancaekek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa  dampak dari seringnya banjir di Kecamatan Rancaekek?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian penelitian capai sebagai berikut: 
1.Untuk menganalisis dampak banjir di Kecamatan Rancaekek
D. Pembahasan Hasil Analisis
Melihat berita di PRLM, Rancaekek dan Dayeuhkolot kebanjiran sehingga menyebabkan arus transportasi terhambat. Kejadian banjir di Rancaekek mulai pada malam minggu, tanggal 20 April lalu. Sedangkan di Dayeuhkolot, banjir terjadi pada hari senin 22 April. Ketinggian air yang mencapai ban tronton (sekitar 80 cm) menyebabkan arus transportasi menjadi macet sehingga harus dialihkan mencari jalur alternatif. Curah hujan yang tinggi diduga sebagai faktor pemicu terjadinya banjir. Akhir-akhir ini daerah Bandung memang diguyur hujan tiap hari sehingga akan menyebabkan terjadinya kenaikan volume air permukaan (run off) di daerah ini. 
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi  dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan dan tingkat peresapan air kedalam tanah. Secara sederhana bisa dirumuskan seperti ini: Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara) Air hujan sampai di permukaan bumi dan mengalir di permukaan bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini dimulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
1. Analisis Dampak Banjir di Rancaekek.
Jalan raya Rancaekek (Bandung-Garut), dilewati oleh sungai Cikeruh dan Citarik yang
merupakan anak sungai dari Citarum. Sungai Cikeruh ini mengalir dari Rancaekek (Bandung) ke Jatinangor (Sumedang). Daerah jalan raya ini merupakan derah hilir dari aliran sungai Cikeruh terlihat dari bentuk sungainya yang seperti hurup ‘S’ (meander). Tanggul sungai lebih rendah dibandingkan dengan alur sungai sehingga pada saat terjadi curah hujan yang tinggi menyebabkan air dari sungai meluap dan keluar dari tanggul sungai. Dari google map bisa terlihat bahwa daerah yang terkena banjir yaitu pada jalan raya Rancaekek merupakan daerah yang padat pemukiman. Rumah dan bangunan umumnya tembok sehingga menyulitkan untuk terjadinya resapan air. Curah hujan yang tinggi ditambah dengan resapan air yang rendah tentu
akan menyebabkan terjadinya banjir. Pendangkalan sungai terjadi apabila air sungai membawa material sedimen yang melebihi kemampuan rata-rata dari alur sungainya. Sehingga pada saat arus sungai rendah tidak mampu lagi membawa material sedimen dan akhirnya diendapkan. Secara alami proses pendangkalan sungai ini memang akan terjadi dan menyebabkan perluasan daratan di sepanjang daerah aliran sungai tersebut. Namun seiring dengan berkembangnya penduduk dan pemukiman di
sepanjang DAS tersebut maka proses pendangkalannya trennya cenderung meningkat dan cepat. Pembuangan baik sampah maupun limbah ke sungai menyebabkan proses percepatan dari pendangkalan sungai tersebut. Daerah Rancaekek dan sekitarnya merupakan daerah industri tekstil. Pabrik-pabrik tekstil bertebaran baik di sepanjang jalan raya Rancaekek maupun di sepanjang aliran sungai Cikeruh ini. Pabrik-pabrik yang berkaryawan sampai ribuan ini menyebabkan daerah ini menjadi padat baik oleh pemukiman maupun oleh pabrik-pabrik tersebut. Pendangkalan sungai ini menyebabkan kapasitas penyimpanan sungai menjadi overload (berlebihan) pada saat terjadi hujan yang terus menerus. Penanggulangan Daerah Rancaekek ini merupakan daerah langganan banjir karena faktor geologinya yang merupakan daerah hilir sungai. Das Cikeruh dimana sungai Cikeruh ini mengalir termasuk kedalam Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung. Penanganannya selain oleh pemda kedua kabupaten tersebut juga Pemprov Jawa Barat harus turun langsung karenamenyangkut
dua wilayah admistratif yang berbeda sehingga penangannya akan terkoordinasikan dengan baik. 
2. Penaggulangan banjir di Rancaekek.
a). Pembuatan daerah resapan air dengan membuat lahan-lahan yang kosong ditanami
pepohonan sehingga mengurangi runoff.
b). Pengerukan (normalisasi) aliran sungai untuk mengurangi pendangkalan.
c). Mempertinggi tanggul sungai untuk meningkatkan kapasitas sungai.
d). Memperbanyak dan membuat sumur-sumur resapan. Arah Aliran S. Cikeruh Jl. Raya Rancaekek Daerah yang terkena banjir U Ke Bandung Ke Garut
e). Penyadaran terhadap masyarakat di sekitar DAS Cikeruh untuk tidak membuangsampah atau limbah langsung ke sungai.
        Jalan raya Rancaekek merupakan jalan yang vital sebagai penghubung antara Jawa bagian barat dan Jawa bagian Tengah. Jalan ini merupakan jalur selatan dari pulau Jawa. Banjir yang sering terjadi di daerah ini akan menghambat transportasi dan bahkan lalu lintas ekonomi di selatan Jawa. Perlu upaya berbagai stake holder (pemangku kebijakan), pemkab dan pemprov untuk menanggulangi banjir ini sehingga kedepan dampak banjir ini bisa dikurangi bahkan ditiadakan. Pabrik-pabrik yang berdiri di sana perlu didorong untuk membuat CSR (Corporate social responsibility) dengan membuat daerah-daerah resapan air dan ruang terbuka hijau yang lebih banyak. Upaya penanggulangan ini tidak akan terasa manfaatnya dalam waktu cepat. Minimal 5 tahun kedepan dengan semakin banyaknya sumur resapan dan RTH (ruang terbuka hijau) sebagai daerah resapan air maka banjir di Rancaekek akan berkurang bahkan tidak ada lagi. Kesadaran pada masyarakat bahwa daerahnya merupakan daerah dataran banjir juga perlu sehingga banjir merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima dengan lapang dada. Sehingga sosialisasi dan motto ‘living with flood, who are afraid’ perlu digalakan.
E. Simpulan
       Berdasarkan uraian di atas kesimpulan dari analisis dampak yang terjadi oleh alam yang mulai rusak dan juga akibat dari limbah pabrik yang tidak di rawat dengan baik.
1.        Pemanasan global disebabkan oleh adanya polusi udara yang akan menyebabkan efek rumah kaca sehingga berdampak pada perubahan iklim dan akan menyebabkan cuaca hujan yang ekstrem sehingga bisa menimbulkan bencana banjir.
2.        Terjadinya banjir di Rancaekek dikarenakan meluapnya kali cileuncang yang disebabkan oleh banyaknya pengendapan di sepanjang aliran sungai.
3.        Penyebab terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa faktor seperti buang sampah sembarangan, penebangan hutan liar, alih fungsi lahan menjadi daerah pemukiman, iklim yang tidak menentu dan letak topografi di kabupaten sampang.
4.        Bencana banjir akan mengakibatkan beberapa dampak seperti dampak lingkungan, sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
5.        Upaya pemerintah untuk pencegahan (mitigasi) di kali kemuning kabupaten Bandung dengan melakukan beberapa program pembangunan seperti pada pasal 6 (a) Undang-Undang Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penaggulangan Bencana.
F.Saran
1.Manusia dalam hal ini berperan penting dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar dapat mengurangi terjadinya bencana seperti banjir.
2. Pentingnya dilakukan reboisasi dan perbaikan pada DAS agar dapat mengurangi dampak terjadinya banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
3. Perlunya kesadaran sejak dini mengenai pentingnya menjaga lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon secara berlebihan tanpa adanya penanaman kembali, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Nandian M Suryawiria Researcher di UPT.BIKK Kr.Sambung, Kebumen dan Puslit Geoteknologi Bandung-LIPI Jl. Kebumen-Karangsambung Km 19
Anonimus. lib.ui.ac.id/file?file=digital/124278-S Hubungan%20iklimpdf. Tanpa Tahun. [ Diakses pada 20 Februari 2017].
Anonimus. Tanpa Tahun. http://repository.usu.ac.id/bits-tream/123456789/3-1455/4/Chapter%20II.pdf. [Diakses pada 23 Februari 2017].
Budianta, D. Tanpa Tahun. Pentingnya Etika Lingkungan Untuk  Meminimalkan  Global.Warming.  http://eprints.unsri.ac.id/197/2/PENTINGNYA%2520ETIKA%2520LING  KUNGAN.pdf  [Diakses pada 21 Februari 2017].



Komentar

Postingan Populer