CEROBONG ASAP


Tak sadar di engus kepalsuan
Keranjang manis di kebisuan
Tertawa bahak tersedak asap
Tersumbat dipalung nafsu dunia semata

Lumpur hitam menggerutu datang menghantui
Seketika sungai indah hilang sirna
Cerobong peluit jalang memaki
Putih suci berubah nafsu hitam menari

Sayang sekali tuan tak merasa
Lambung pekikmu di angkasa
Tak ujarnya kau dengan pendusta
Tak peduli sekeliling mu kian binasa

Indah bahari ini lenyap dimakan asap tak tau malu
Seolah tak punya malu untuk menampakan warna abu yang mengganggu
Sudah puaskah kau renggut udaraku?
Asap tak malu lagi menari melintasi jalanan seolah sudah betah dikeluarkan dari pabrik

Mana udara tanpa polusi?
Mana cuaca yang begitu sejuk untuk di nikmati?
Seolah sudah dikurung oleh banyaknya rombongan asap yang bertebaran di sembarang
Ini negeriku, bukan negeri polusi

Kesadaran hanya jadi fiktif belaka
Tak hiraukan rasa curiga
Dunia polos kian banyak celaka
Di lucuti asap putihnya yang kian bahaya

Jika tidak bisa membalikan seperti semula setidaknya rawatlah aku dengan kesejukan udara
Hijaunya pohon melambai-lambai
Bunga seolah menari kegirangan
Hewanpun menyambut dengan nyayian

Harus bagaimana untuk mengakhiri?
Mengembalikan kembali
Menyadarkan perusak bumi
Serta memberi lebih rasa peduli
Bumi langit yang kian dikebiri

Rancaekek Bandung, 2020







Komentar

Postingan Populer